Sejarah Singkat Kehidupan Ki Hajar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (1889-1959), yang kemudian dikenal sejak 1923 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Beliau merupakan cucu dari Sri Paku Alam III dan putra dari GPH Soerjaningrat, seorang bupati di Pakualaman. Ki Hajar Dewantara adalah seorang bangsawan Jawa, aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, guru bangsa, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia.

Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional Indonesia yang memiliki peran penting dalam bidang pendidikan. Sejak kecil, Ki Hajar Dewantara sudah menunjukkan minat yang besar terhadap dunia pendidikan dan kebudayaan. Beliau dikenal sebagai pendiri Taman Siswa, sebuah organisasi pendidikan yang didirikan pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta.

Peninggalan pemikiran mengenai pendidikan dan warisan Taman Siswa sebagai konsep pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan bangsa Indonesia. Menjadikan Ki Hajar Dewantara menyandang gelar sebagai bapak pendidikan nasional. Di Indonesia, kita tahu peringatan Hari Pendidikan Nasional, setiap 2 Mei berdasar pada hari kelahiran dari sosok Ki Hajar Dewantara yang kita muliakan, sebagai bentuk mengingatkan kepada bangsa Indonesia arah dan pikiran-pikiran pendidikan yang sesuai dengan masyarakat dan karakter bangsa Indonesia.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Pendirian Taman Siswa

Ki Hajar Dewantara, yang lahir dalam lingkungan bangsawan Jawa memiliki keresahan yang besar dalam masalah pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan. Hak terhadap pendidikan yang dibatasi oleh pemerintah kolonial Belanda, menjadi keresahan Ki Hajar Dewantara, sebagai kaum terdidik yang beruntung mendapatkan akses terhadap pendidikan di HBS Yogyakarta.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di HBS Yogyakarta, Ki Hajar bekerja sebagai jurnalis dan redaktur di beberapa surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaoem Moeda. Di surat kabar tersebut, Soewardi aktif menulis artikel-artikel yang kritis terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1913, Ki Hajar diasingkan ke Belanda karena tulisannya yang berjudul “Als ik eens Nederlander was” (“Seandainya Aku Seorang Belanda”). Di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi pergerakan nasional, seperti Perhimpunan Indonesia.

Ki Hajar Dewantara memiliki pemikiran yang progresif tentang pendidikan. Beliau percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia. Beliau mengkritik sistem pendidikan kolonial Belanda yang tidak berpihak kepada rakyat Indonesia.

Sekembalinya dari pengasingan, Ki Hajar Dewantara mendedikasikan dirinya untuk dunia pendidikan. Beliau melihat bahwa sistem pendidikan kolonial Belanda tidak berpihak kepada rakyat Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem pendidikan kolonial Belanda. Taman Siswa bertujuan untuk:

1.   Memberikan pendidikan yang berpusat pada anak (Tut Wuri Handayani)

2.   Membangun karakter dan kemandirian bangsa Indonesia

3.   Melestarikan budaya dan bahasa Indonesia

Taman Siswa berkembang pesat dan menjadi salah satu organisasi pendidikan ternama di Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang, Taman Siswa sempat ditutup, namun kembali aktif setelah kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia, Ki Hajar Dewantara aktif dalam merumuskan sistem pendidikan nasional. Beliau juga menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pertama Republik Indonesia.

Warisan Ki Hajar Dewantara Sampai Pada Saat Ini: Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka

Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959. Beliau meninggalkan warisan yang luar biasa bagi dunia pendidikan Indonesia, di antaranya:

1. Filosofi pendidikan Taman Siswa yang menekankan pada kodrat alam, kemerdekaan belajar, dan kebudayaan

2. Semboyan Taman Siswa “Tut Wuri Handayani”, yang berarti “di belakang memberi dorongan dan di depan memberi contoh”

3.   Banyak sekolah Taman Siswa yang tersebar di seluruh Indonesia

 

Konsep pendidikan Taman Siswa berlandaskan pada filosofi “Tut Wuri Handayani”, yang berarti “di belakang memberi dorongan dan di depan memberi contoh”. Pendidikan Taman Siswa menekankan pada:

1.   Kodrat alam anak

2.   Kemerdekaan belajar

3.   Kebudayaan

Konsep pendidikan Taman Siswa menjadi role model dalam pendidikan Indonesia saat ini. Konsep Merdeka Belajar yang digaungkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim disambut dan diapresiasi oleh berbagai kalangan, karena sangat relevan dengan apa yang menjadi cita-cita dari Ki Hajar dalam pendidikan Taman Siswa.

Dalam konsep kemerdekaan belajar, termuat filosofi kemandirian, kata itu adalah kunci pada konsep Merdeka Belajar. Konsep Merdeka Belajar yang beranjak dari filosofi Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Konsep Merdeka Belajar, filosofinya, anchor-nya filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu; Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Perasan dari filosofi ini yaitu untuk menciptakan kemerdekaan belajar murid-murid yang mandiri dan inklusif memberikan kesempatan untuk semua peserta didik.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar